Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata :
والعبادة هي التذلل لله عز وجل ، محبة ، وتعظيماً بفعل أوامره ، واجتناب نواهيه ، على الوجه الذي جاءت به شرائعه ، قال الله تعالى (وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ )(البينة: 5) فهذه هي الحكمة من خلق الجن والإنس ، وعلى هذا فمن تمرد على ربه ، واستكبر عن عبادته ، فإنه يكون نابذاً لهذه الحكمة التي خلق العباد من أجلها ، وفعله يشهد بأن الله سبحانه وتعالى خلق الخلق عبثاً وسدى ، وهو وإن لم يصرح بذلك ، لكن هذا مقتضى تمرده واستكباره عن طاعة ربه
Ibadah adalah perendahan diri kepada Allah ‘azza wa jalla dengan penuh kecintaan dan pengagungan kepada-Nya, dengan cara melakukan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya sebagaimana yang telah diajarkan di dalam syari’at-syari’at-Nya. Allah ta’ala berfirman
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
“Tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya dan senantiasa hanif/menjauhi syirik.” (QS. al-Bayyinah: 5)
Inilah hikmah dari penciptaan jin dan manusia. Berdasarkan hal ini barangsiapa yang membangkang kepada Rabbnya dan menyombongkan dirinya sehingga tidak mau tunduk beribadah kepada-Nya maka sesungguhnya dia telah mencampakkan hikmah -yang agung- ini yang menjadi tujuan penciptaan segenap hamba. Dan apa yang dilakukan olehnya -dengan tidak mau tunduk beribadah kepada Allah, pent- seolah menjadi saksi yang ingin membuktikan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan makhluk ini dengan kesia-siaan dan percuma/tanpa perintah dan larangan, pent.
Orang semacam itu -walaupun dia tidak secara terus terang mengatakannya- akan tetapi inilah yang menjadi konsekuensi dari pembangkangan dan kesombongannya sehingga tidak mau patuh kepada Rabbnya.